Jumat, 11 November 2016

Bercanda dengan angkutan jilid 2

Setelah menunggu hampir 2 jamm kami mendapatkan bis pengganti yang bersedia mengangkut kami. Bis hampir terisi separuh tempat duduk. Aku jadi ingat perkataan bapak- bapak pemilik toko, bahwa bis yang awal tadi sudah di cing oleh penumpang.

Tak berapa lama kami sampai ke tujuan kami setelah operasi lagi ke angkutan desa. Yup setelah enam jam di jalan kami sampai di rumah sakit umum sragen.Saya gak perlu menceritakan apa yang terjadi di sana,  karna privasi (Sekali-sekali sok ngartis). Yang perlu sekali saya ceritakan adalah perjalan pulang kami dari sana.

Dalan perjalanan pulang kami di antar om yang kebetulan (atau membetulkan diri) pulang juga dari sana. Saya di drop pas di tempat biasa bus antar kota mengangkut penumpang. Perjalan pulang dengan bis dari Sragen ke Solo tidak terlalu istimewa, ya kaya biasa banyak manusia yang berdesak-desakan. Ada yang mepet (eh kepepet), ada yang ketiduran sambil ngowoh, ada yang bajunya kesingkap gara-gara kedua tangan pegangan keatas. Jelas yang terakhir tadi perempuan muda, wis ra usah di bahas lebih lanjut.


Ngowoh, beneran melihat kemegahan terminal solo mulut saya nganga. Edan sebagai orang yang mengaku hidup di kota yang katanya ibukota jawa tengah saya malu. Lho gak malu bagaiman melihat penataan dan bangunan terminal solo, dibanding terminal semarang yang jumlahnya memang lebih banyak (3 biji), kok saya jadi sedih.... (Semarang menang kuantitas tapi kalah kualitas.)Singkat cerita kami berhasil masuk ke bis jurusan semarang, Setelah menunggu beberapa saat bis mulai berangkat. Awalnya tidak ada keanehan yang dirasakan, tapi lama-lama kon ada yang aneh dengan bis ini....... Semua penumpang saya lihat pake baju putih dan tidak ada seorang pun yang berbicara...... Bulu kuduk saya mulai merinding......

Edan ,,,,,,, cerita saya ngelantur. Gak ada cerita serem, maksud saya bis mulai aneh karena gak bisa di ajak melaju kencang. Bis hanya bisa di ajak melaju 40 an km/jam. Lha edan, ini bis patas opo bis damri dalam kota mas.... Usut punya usut bis ternyata masuk angin (makane to mas bis e ojo entuk dolanan udan-udanan). Setiap kali pak sopir menekan pedal gas terlalu dalam maka mesin bis mati (inalilahi wa ina ilaihi rojiun). Wis to dengan terpqaksa bis berjalan dengan pelan-pelan. Hasinya kami sampai simpang lima pukul 21.30, padalah kami berangkat dari solo jam 17.30. 

Nikmat benar perjalanan kami hari ini di candai oleh sopir dan angkutan darat.


Catatan si *
di cing          : di tandai/di ingat (biasanya berhubungan dengan hal jelek)
wis ra usah  : Sudah tidak usah
Ngowoh       : mulut ngaga
makane to mas bis e ojo entuk dolanan udan-udanan : makanya to mas bis jangan boleh main hujan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar